MKLI.WahanaNews.co | Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDIP Effendi Simbolon meminta maaf atas pernyataannya menyebut TNI seperti gerombolan saat rapat bersama Panglima TNI pada Senin, 3 September lalu.
Effendi mengatakan, pernyataannya dalam rapat kerja bersama antara Komisi I, Kementerian Pertahanan, Panglima TNI dan staf itu tidak bermaksud untuk menyinggung hati para prajurit dan perwira.
Baca Juga:
Kejutan di Pilgub Jakarta 2024, Politikus PDIP Effendi Simbolon Dukung All Out Ridwan Kamil
"Saya mohon maaf atas apapun perkataan saya yang menyinggung, yang menyakiti, yang tidak nyaman di hati para prajurit siapapun dia, mulai dari tamtama sampai perwira bahkan para pihak yang tidak nyaman dengan perkataan yang mungkin diartikan lain. Saya sendiri menyatakan tidak ada maksud untuk menyatakan bahwa sebagaimana yang bergulir di publik," ujar Effendi saat jumpa pers di ruang Fraksi PDIP di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (15/9/2022).
Effendi mengatakan, hanya ingin menggambarkan tentang kemungkinan prajurit TNI tak patuh sehingga terjadi disharmoni.
Dia mengaku, terkait kabar disharmoni itu ingin dikonfirmasi langsung kepada Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dengan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman.
Baca Juga:
Effendi Simbolon Ketua PSBI Sedunia Berikan Dukungan Kepada JTP-DENS
"Itu memang KSAD tidak hadir dan oleh teman-teman itu ditanyakan dikritisi. Poin saya bukan tidak hadirnya, tapi akan lebih elok kalau mereka berdua hadir untuk bisa didapat penjelasan seputar masalah yang kami ingin dapatkan penjelasan dari mereka. Nah, di situlah kemudian ada hal-hal yang intinya masalah soal kepatuhan karena kehormatan di TNI itu yang kami tahu adalah kepatuhan," jelasnya.
Ketidakhadiran KSAD dalam rapat kerja bersama itu membuat Effendi menyimpulkan TNI berperilaku melebihi organisasi masyarakat (ormas) hingga TNI seperti gerombolan lantaran tidak patuh pada pimpinan.
Effendi pun menyadari, pernyataannya soal TNI itu mengundang ketersinggungan banyak pihak. Namun, kata Effendi, dia tidak bermaksud menstigmakan TNI seperti yang dianggap banyak pihak.