“Pertamina juga merupakan perusahaan peringkat 12 dari 24 perusahaan yang dipimpin Female CEO dan satu-satunya di kategori Petroleum Refining yang dipimpin Female CEO,” imbuhnya.
Pertamina, tuturnya mencatatkan revenue tahun 2021 sebesar USD 57,51 miliar naik dibanding tahun lalu sebesar USD 41,47 miliar. Laba bersih Pertamina sebesar USD 2,045 miliar atau Rp29,3 triliun naik hampir dua kali lipat dibanding tahun 2020 sebesar USD 1,05 miliar atau Rp 15,3 triliun.
Baca Juga:
Putaran I Pertamax Turbo Drag Fest 2025 Segera Digelar di Yogyakarta
Tak hanya bertengger di peringkat global pada Fortune 500, pada September 2021, Pertamina juga menerima ESG Risk Rating 28,1 atau pada Risiko Sedang.
Penilaian global ini telah menempatkan Pertamina sebagai peringkat ke 15 dari 252 perusahaan dunia di industri Oil & Gas dan posisi 8 di sub industri integrated Oil & Gas.
“Hal ini merupakan pengakuan global atas komitmen dan effort Pertamina memimpin transisi energi, dekarbonisasi mendukung net zero emission Indonesia tahun 2060 dan pencapaian potensi sumber daya terbarukan di Indonesia dalam rangka pertumbuhan berkelanjutan,” ujarnya.
Baca Juga:
Kejagung Bongkar Skema Sistematis Korupsi Pertamina, Kerugian Negara Tembus Rp 285 Triliun
Di tahun 2021, Pertamina telah sukses menuntaskan transformasi dengan membentuk Holding Migas dengan 6 Subholding, yakni Subholding Upstream, Subholding Refining and Petrochemical, Subholding Commercial and Trading, Subholding Gas, Subholding Integrated Marine Logistics dan Subholding New and Renewable Energy.
Transformasi merupakan langkah strategis beradaptasi dengan perubahan bisnis ke depan, bergerak lebih lincah dan lebih cepat, serta fokus untuk pengembangan bisnis yang lebih luas dan agresif.
“Tranformasi akan terus mendorong Pertamina menjadi perusahaan energi kelas dunia. Dengan dukungan seluruh stakeholder, Pertamina akan mewujudkan aspirasi pemegang saham mewujudkan target menjadi 100 perusahaan terkemuka dunia,” tutup Nicke. [Tio]