Seperti dilansir dari Daily Start, gas air mata seringkali disebut sebagai zat Lachrymator, artinya zat tersebut dapat menyebabkan iritasi mata dan masalah lainnya.
Gas air mata biasanya merupakan unsur CS (chlorobenzylidenemalononitrile) atau CN (chloroacetophenone) dan juga OC (oleoresin capsicum). Gas tersebut juga dikenal oleh masyarakat sebagai semprotan merica.
Baca Juga:
Jelang Olimpiade Paris 2024, Erick Thohir Silaturahmi dengan Presiden FIFA
Ilmuwan menjelaskan, beberapa zat tersebut dapat masuk ke tubuh melalui pori-pori kulit. Ia dapat menyebabkan rasa sakit hebat hingga setengah jam setelah terpapar. Zat tersebut dapat berubah menjadi cairan asam jika terkena dengan keringat, air, ataupun minyak.
Oksigen yang seharusnya berada di angka 75–100 mmHg, hipoksia menyebabkan kadar oksigen berada di bawah angka 60 mmHg. Ini gejala hipoksia yang perlu diperhatikan.
Dalam kondisi normal, oksigen yang masuk ke dalam tubuh akan masuk ke dalam paru-paru, kemudian langsung dibawa menuju jantung. Dari jantung, oksigen kemudian akan disebar ke seluruh tubuh lewat pembuluh darah, termasuk menuju otak.
Baca Juga:
Pembangunan Asrama Pusat Latihan Timnas Indonesia di Penajam Paser Utara Hampir Rampung
Namun saat terjadi hipoksia, oksigen tidak sampai ke sel dan jaringan. Kondisi ini akan membuat kadar oksigen di dalam jaringan tubuh menurun. Setelah itu, korban akan mengalami beberapa keluhan kesehatan, mulai dari pusing, hingga linglung.
Hipoksia bisa terjadi karena beberapa sebab, mulai dari faktor lingkungan hingga kondisi kesehatan tertentu. Dari faktor lingkungan, hipoksia bisa terjadi akibat rendahnya kadar oksigen di lingkungan, misalnya berada di ruang hampa udara, tenggelam, berada di ketinggian, dan lain sebagainya. Sementara untuk kondisi medis, hipoksia bisa disebabkan karena beberapa hal berikut ini:
Selain itu, hipoksia juga bisa disebabkan oleh cedera serius yang menyebabkan seseorang kehilangan banyak darah, seperti ditusuk, kecelakaan, luka tembak, dan lain sebagainya. Hipoksia bisa juga menjadi gejala komplikasi infeksi virus corona atau Covid-19.