MKLI.WahanaNews.co | Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN membuka kolaborasi seluas-luasnya guna menghadapi krisis energi dan perubahan iklim.
Ia menjelaskan, aliansi strategis mutlak diperlukan guna membangun kapasitas energi nasional demi mengembangkan teknologi pembangkit yang ramah lingkungan.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
“Menuju net zero emission 2060, diperlukan teknologi yang dapat menggantikan pembangkit energi fosil untuk memikul beban dasar maupun menunjang stabilitas sistem, termasuk suplai listrik untuk daerah remote atau kepulauan. Kajian mendalam akan dilakukan PLN pada manajemen sistem energi di-remote area,” jelas Darmawan dalam keterangannya, Senin (26/9/2022).
PT PLN (Persero) telah menandatangani beberapa nota kesepahaman (MoU) antara PLN dengan Japan International Cooperation Agency (JICA), Kyudenko Corporation, serta dengan China Renewable Energy Engineering Institute (CREEI) terkait teknologi rendah karbon.
Darmawan optimistis, kerja sama dalam pengembangan EBT di daerah terisolir ini penting untuk masa depan.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
“Diharapkan hasil kajiannya dapat memberikan gambaran dan model rencana peningkatan bauran EBT di daerah yang terisolir hingga 100 persen,” ujar Darmawan.
Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Harris Yahya menambahkan pemerintah telah berkomitmen melakukan transisi energi secara bertahap sampai tahun 2060.
Artinya, dalam beberapa tahun ke depan pembangkit listrik berbasis fosil tidak akan ada lagi, untuk itu perlu segera dipikirkan penggantinya.