HLN bukan hanya milik PLN namun milik seluruh stakeholders kelistrikan bahkan seluruh masyarakat. Apalagi di zaman modern ini di mana kita sangat tergantung pada energi listrik untuk memudahkan aktivitas kita sehari-hari dan meningkatkan produktivitas. Listrik telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya modern kita.
Tapi pernahkah kita membayangkan bagaimana perjalanan listrik hingga sampai ke rumah kita, sampai ke kantor dan tempat kerja kita? Bagaimana perjalanan listrik sebelum kita nikmati dalam bentuk sejuknya AC, serunya acara TV, mudahnya kita memasak hingga peningkatan laju ekonomi? Listrik telah melalui proses yang sangat panjang dan berliku sejak dari pusat pembangkit di mana listrik diproduksi, melalui jaringan transmisi tegangan tinggi/ekstra tinggi, gardu induk, diturunkan tegangannya menjadi tegangan menengah dan rendah, jaringan distribusi dan sampai ke tempat kita.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Dalam perjalanan tersebut tidak jarang listrik melintasi hutan, sawah, ladang, perbukitan, perkampungan dan lain-lain. Tidak jarang pula menghadapi berbagai tantangan karena di alam terbuka. Misal, dahan dan ranting pohon yang patah dan menimpa jaringan listrik, binatang yang bermain di lintasan jaringan, tiang listrik roboh karena tertimpa pohon atau tertabrak mobil dan lain-lain. Karena itu selain disiplin petugas PLN mengontrol situasi dan kondisi jaringan, diperlukan pula partisipasi masyarakat untuk menjaga agar perjalanan listrik, yang kini telah menjadi kebutuhan pokok, bisa lancar, aman dan selamat sampai tujuan.
Di usianya yang sudah 76 tahun kelistrikan Indonesia menunjukkan kemajuan yang sangat signifikan. Saat nasionalisasi 76 tahun lalu kapasitas terpasang hanya 157,5 Mega Watt (MW). Kini kapasitas terpasang pembangkit di Indonesia sudah sekitar 67 ribu MW. Angka rasio elektrifikasi yang menunjukkan prosentase penduduk Indonesia yang telah terjangkau listrik mencapai 99,39%.
Sementara rasio elektrifikasi Sumatera Selatan mencapai 99,24%. Tinggal sedikit lagi dan yang tersisa adalah Saudara-saudara kita yang secara geografis tinggal di daerah terpencil, daerah remote dengan akses jalan yang sangat terbatas. Memang tidak mudah menjangkau daerah-daerah tersebut. Namun daerah ini juga akan terus berusaha dijangkau PLN agar seluruh rakyat Indonesia bisa menikmati listrik di masa kemerdekaan ini. Upaya dilakukan dengan berbagai cara, dengan berbagai sumber energi yang tersedia dan kolaborasi dengan berbagai pihak.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Kelistrikan Sumsel
Di Sumatera Selatan ketersediaan energi listrik sangat cukup. Dengan sebutan sebagai lumbung energi, di Sumsel terdapat banyak pusat pembangkit listrik. Kapasitas terpasang pembangkit-pembangkit di Sumsel mencapai 1.553 MW, yang terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bukit Asam 180 Mega Watt (MW), Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Indralaya 80 MW, PLTGU Keramasan 80 MW, PLTU Simpang Belimbing 113 MW, dan pembangkit-pembangkit lain skala kecil.